Mulanya, tak pernah tebersit sedikit pun keinginan di benak pemilik nama lengkap Ita Meigavitri ini untuk memeluk Islam.
Bahkan, perempuan berdarah Tionghoa yang akrab disapa Ita ini mengaku benci luar biasa dengan orang Islam.
“Saya benci sekali. Yang terdoktrin dalam otak saya, Islam itu agama yang senang ribut dan ribet,” kata dia.
Sederhana saja dia mencontohkan. Tidak ada agama yang pemeluknya bolak-balik kehilangan sandal di tempat pengajian selain Islam.
Latar belakang perempuan asal Kutoarjo ini semakin mengkristalkan
kebenciannya terhadap risalah Muhammad SAW ini. Sulung dari enam
bersaudara ini adalah orang pertama dari keluarga besarnya yang masuk
Katolik. Orang tuanya semula menganut Konghucu.
Ita memeluk Katolik lantaran sejak TK-SMA bersekolah di lembaga
pendidikan Katolik. Setelah Ita dibaptis, barulah ayah ibu dan
adik-adiknya mengikuti jejak masuk Katolik.
“Saya tidak sekadar duduk sebagai umat, tapi menjadi bagian dari tim
sukses gereja,” ungkap Ita. Dia aktif menjadi putra-putri altar di
gereja.
“Betapa bencinya saya dengan orang Islam. Sampai suatu
hari, Allah menuntun saya pada hidayah yang saya terima,” kenang Ita.
Seolah takdir, selepas kuliah dia dituntun Allah bekerja di lingkungan
Muslim.
Alumni S2 Universitas Tarumanegara, Jakarta itu berprofesi sebagai
advokat. Senin sampai Kamis, Ita disibukkan dengan kasus-kasus
perceraian, rujuk, atau perebutan hak waris di pengadilan. Jumat-Ahad,
dia gunakan untuk beribadah.
Ita mengaku, ketika dia bekerja di
lingkungan Muslim, misinya adalah mengkristenkan teman-temannya yang
beragama Islam. Identitas kekristenan dengan bangga dia perlihatkan.
“Saat masuk kantor, pulang dari kantor, makan, sampai masuk ruang
sidang, saya selalu membuat tanda salib. Tanda salib itu simbol
kemenangan bagi umat Katolik,” tutur dia.
Tapi, rupanya tindakan
itu membuat teman-temannya risih. Dengan lugas temannya berkata,
Katolik bukan agama yang benar jadi tidak ada gunanya Ita berlaku
seperti itu. Sontak, perempuan itu pun marah. Ia mengajukan pembelaan.
“Heh, yang salah itu agamamu. Islam itu agama paling tidak rasional,” sahut Ita.
Merasa
jengkel, perempuan Tionghoa itu pun pergi ke toko buku mencari Alquran.
Dia pilih Alquran cetakan yang paling besar. Ita mengira itu edisi yang
paling lengkap.
Begitu sampai di rumah, dia buka kitab suci itu. Sekejap Ita merasa
heran. Tulisan macam apa ini. Dia tidak dapat membaca! Ita sempat marah,
tapi segeralah dia kembali ke toko buku. Dia tukar dengan Alquran
tafsir terjemahan.
Tidak ada cita-cita untuk menjadi Muslim dengan membeli kitab suci itu. “Saya tidak ingin sama sekali, wong kayane ribet banget jadi wong Muslim (Orang sepertinya ribet sekali jadi Muslim),” kata Ita.
Justru, ambisinya adalah mencari kesalahan di dalam Alquran. Dia
ingin menunjukkan kesalahan-kesalahan kitab suci umat Islam itu pada
para koleganya yang beragama Islam.
Namun, Allah Maha
membolak-balikkan hati seorang hamba. Perempuan itu malah jatuh hati
pada Alquran. Dia merasa tidak ada satupun kalimat yang salah atau
kontradiktif dalam Alquran.
Seketika, dia tergerak untuk mengenali Alkitab. Selama 33 tahun
menjadi Nasrani, kata Ita mengaku, belum pernah sekalipun dia meneliti
Alkitab. “Alquran sudah saya pelajari, saya jadi ingin mempelajari
Injil. Jangan-jangan yang salah Injil,” kata dia.
Giliran membuka
Alkitab, Ita kaget luar biasa. Dia terantuk pada satu ayat dalam Imamat
11. Ayat itu menyebutkan, haram bagimu makan babi dan binatang berkuku
belah.
Bahkan, bangkainya pun jangan kamu sentuh. Ita heran, merasa selama
ini umat Katolik sah-sah saja makan daging anjing dan babi. Setelah itu,
Ita makin berminat membuka Alkitab.
Ia temukan ayat-ayat lain
yang menunjukkan ketidaksesuaian antara ajaran Alkitab dengan praktik
gereja. Misalnya, dalam surat Korintus tertulis, hai wanita kenakanlah
tudung pada kepalamu. Itu berarti wanita harus berjilbab.
Tapi, hanya suster-suster yang diwajibkan berjilbab. Alkitab juga
mengajarkan laki-laki bersunat, tapi umat Nasrani tidak melakukan.
“Bukan Alkitab yang salah, tapi penerapannya yang tidak pas,” kata Ita.
Menurut dia, Yesus pun mengajarkan dua kalimat syahadat. Yesus tidak
pernah menyebut dirinya Tuhan dan menyuruh manusia menyembah hanya
kepada Allah. Sama seperti Alquran, Alkitab mengajarkan khitan,
berwudhu, mandi junub, berjilbab, shalat menghadap ke kiblat, hukum
qisas, dan larangan membungakan uang.
Kini, Ita aktif menjadi seorang pendakwah. Semangatnya semasa Katolik
mewaris dalam nadinya setelah masuk Islam. Perempuan itu aktif mengisi
pengajian di berbagai tempat.
Walau sering mendapat ancaman saat berdakwah, ia tidak surut. Ita
juga mengaku membina puluhan mualaf di rumahnya. Sebagian adalah
orang-orang Katolik, Kristen, dan Tionghoa yang terbuang dari keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar